Senin, 05 September 2016

“BUMI” Tak Kan Mati - Anisatus Sa’iedah

Bumi, satu kata yang banyak dibicarakan dalam berbagai bidang keilmuan. Dalam Ilmu Tauhid dibahas bahwa “bumi” beserta isinya merupakan bukti adanya Allah, dalam Ilmu Tasawwuf akan dibahas bagaimana etika kita terhadapnya, dalam Ilmu Sains dibahas lebih detail lagi mengenai “bumi” beserta komponen-komponen penyusunnya, dan dalam al-Qur’an pun begitu banyak membahas tentang “bumi” mulai proses penciptaannya sampai proses kehancurannya. Bumi, objek yang tidak akan pernah selesai dibicarakan hanya dengan 1 sudut pandang.
 
Jika kita memutar memori pada suatu masa dimana menghafal merupakan suatu solusi untuk mengingat materi yang disampaikan oleh guru, yaitu masa SD, maka kita akan ingat bagaimanahafalan tentang macama-macam planet yang terdapat di galaksi bima sakti mulai Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Kita akan mengingatnya di luar kepala, dan waktu itu juga kita tahu bahwa planet yang hanya bisa dijadikan sebagai tempat hidup hanya planet bumi, planet yang kita tempati saat ini. Dengan sabar guru menjelaskan untuk menjaga bumi ini melalui hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan.

Sepuluh tahun kemudian kita dihadapkan dengan persoalan dimana bumi yang dulu hijau penuh dengan pohon dan kesejukan udaranya di pagi hari sudah tidak kita dapatkan lagi, hanya tinggal beberapa daerah yang masih tetap asri. Berbagai persoalan mulai menimpanya mulai bencana banjir, gempa bumi, tsunami, hingga kasus mencairnya es di kedua kutub dan membuat berbagai negara di dunia mulai hawatir memikirkan hal tersebut. Semua yang terjadi adalah akibat dari tangan manusia, dan hal tersebut sudah dijelaskan dalam al-Qur’an bagaimana manusia merupakan mahluk yang akan merusak bumi. 

Ada bayak gerakan, komunitas, paguyuban dan organisasi yang mengajak untuk tidak merusak bumi dan berusaha menjadikan bumi hijau kembali. Lantas apakah semua itu berhasil ?, apakah bisa bumi diperbaiki lagi dengan kondisnya sekarang yang begitu mengenaskan ?. Apakah masih ada kesempatan untuk membuatnya kembali seperti dulu, seperti waktu dimanamanusia sangat menghormati bumi dan isinya dan takut merusaknya ?. Semua pertanyaan tersebut menjadi beban dan amanah bagi kita untuk terus melakukan perbaikan.

Perjalanan bumi masih panjang. Bumi tidak seperti manusia atau mahluk lainnya yang umurnya hanya puluhan tahun. Bumi dibutuhkan oleh mahluk, berbagai generasi akan tinggal di bumi. Jangan biarkan bumi mati sedangkan anak cucu kita masih ingin merasakan hidup di dalamnya, ingin merasakan rindangnya pepohonan dan kesejukan udaranya. Ingin merasakan dinginnya salju dan panasnya udara tanpa ada beban pencemar di dalamanya. Bumi tidak akan mati jika kita merawatnya dengan baik, biarkan anak cucu kita merasakan kenikmatan yang telah diberikan bumi kepada kita. So, kembalikan bumi pada fithrahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar