Senin, 12 Januari 2015

Kondisi Lingkungan di Bawah Pengaruh Tradisi


Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2014 konsentrasi penduduk di Indonesia masih berpusat di Pulau Jawa. Hal itu disebabkan karena tingginya pertumbuhan ekonomi di pulau tersebut dan tingginya tingkat kelahiran.

Jika kita melihat bangunan yang ada di Pulau Jawa maka yang tampak adalah tumpukan rumah-ruamah dan sempitnya gang-gang. Jarak antara satu rumah ke rumah yang lain sangat dekat, bahkan mayoritas tidak ada jarak antara satu rumah dan rumah yang lainnya. Kondisi seperti ini akan mudah kita temui di wilayah perkoataannya seperti Surabaya, Kabupaten Jombang, dll.

Akibat dari kepadatan penduduk ini banyak lahan-lahan yang awalnya dijadikan lahan pertanian berubah menjadi perumahan. Kekurangan lahan terjadi dimana-diamana dan hal itu juga berimbas pada kondisi lingkungan yang tidak stabil. Tingginya pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa tidak berbanding lurus dengan luas wilayahnya.

Kurangnya lahan di Pulau juga bisa disebabkan karena tradisi dalam  pernikahan. Pulau Jawa memiliki tradisi jika dalam suatu keluarga ada anaknya yang mau menikah maka anak tersebut harus memiliki rumah sendiri dan hidup bersama suaminya. Jika seandainya dalam satu keluarga memiliki 5 orang anak maka otomatis akan ada 5 bangunan baru di Pulau tersebut, masih belum di keluarga yang lain. Jika kita bandingkan dengan pulau yang lain misalnya Pulau Madura maka akan sangat berbeda sekali kondisi lingkungannya. Di Pulau Madura akan kita dapatkan lahan-lahan kosong yang dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, dll. Dan tradisilah yang juga menjadi penyebab pulau tersebut memiliki lahan yang luas.

Di Pulau Madura ikatan kekeluargaannya sangat kuat. Ketika dalam suatu keluarga ada anak yang menikah maka tidak perlu membangun rumah lagi karena si suami biasanya ikut si istri dan hidup bersama dalam satu atap dengan keluarga istrinya sehingga tidak akan ada bangunan baru di pulau tersebut, dan yang terjadi adalah merenofasi bangunan yang lama dengan menambah beberapa kamar. Antara satu kamar dengan kamar yang lain tidak akan mengganggu ketenangan penghuninya karena desainnya sangat diperhatikan betul.

Apa yang terjadi di Pulau Jawa dan Pulau Madura merupakan gambaran bahwa tradisi memiliki peran yang besar terhadap kondisi lingkungan. Jika di suatu daerah ada tradisi menanam pohon bagi pasangan suami istri baru maka kondisi lingkungan di daerah tersebut bisa dipastikan masih sesuai dengan yang diharapkan yaitu lingkungan yang memiliki banyak pohon dan penghijauan terjadi di mana-mana. Yang menjadi tugas kita adalah memelihara tradisi yang berwawasan lingkungan dan mencoba semampu mungkin meminimalisir tradisi yang mengancam kondisi lingkungan. 

By : Anisatus Sa'edah



Rabu, 07 Januari 2015

Kerusakan Lingkungan yang Tak Ada Hentinya

Kerusakan lingkungan memang tak ada hentinya, tiap tahun kerusakan lingkungan yang terjadi malah semakin meningkat. Pelaku utama  yang harus bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi di lingkungan ini adalah manusia karena manusia adalah khalifah dibumi ini, yang akan mempertanggung jawabkan gelar khalifahnya di akhirat kelak. Manusia hanya menuntut agar lingkungan dapat menyuplai  sumber daya alam (SDA) namun, peningkatan penduduk di Indonesia tidaak terbendung lagi, Indonesia telah mencapai urutan tiga besar  daalam hal kepadatan penduduk. Entah itu menjadi masalah atau malah rizki bagi Indonesia. Dalam islam ada pernyataan  “banyak anak, banyak rizki” namun bagi kebaanyakan masyarakat Indonesia malah berpikiran sebaliknya. Semakin banyak penduduk Indonesia maka SDA yang dibutuhkan juga harus sama banyaknya, namun lingkungan hanya mampu menghasilkan SDA sebagaimana mestinya. Hal yang demikian itulah yang menjadi salah satu penyebab manusia melakukan kerusakan.

Kerusakan lingkungan yang disebabkan manusia erat kaitannya dengan sifat yang dimiliki manusia yaitu “tamak”. Manusia cenderung berlomba-lomba mendapatkan rizki Allah sebanyak-banyaknya hanya untuk menuruti kehendak mereka terbebas dari kemiskinan dan terpenuhinya keinginan duniawi mereka, sehingga eksploitasi lingkungan sering dilakukan dan tidak peduli dengan dampak yang akan timbul dari  apa yang mereka kerjakan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan manusia tidaak bisa hanya dianggap sebagai angina yang akan berlalu, kerusakan lingkungan juga mangancam keamanan manusia sendiri. Seperti  polusi kendaraan dan pabrik-pabrik yang akan merusak ozon yang sangat membahayakan kesehatan manusia juga dapat menjadi pembunuh bagi manusia sendiri. Contoh lain adalah eksploitasi hutan yang akan menyebabkan hutan gundul, populasi makhluk hidup dihutan punah, juga menjadi boomerang untuk manusia ketika nanti musim hujan, hutan kehilangan fungsinya dan yang akan terjadi adalah tanah longsor yang akan merusak pemukiman penduduk disekitarnya, juga berkurangnya suplai oksigen yang mana merupaakaan kebutuhan pokok manusia.namun, dengan bencana yang hadir silih berganti tidak juga menyadarkan para pelaku kerusakan lingkungan. Mereka tak henti-hentinya merusak lingkungan yang menjadi tempat mereka hidup dan akan menjadi tempat berlangsungnya generasi penerus mereka .

Kerjasama antara masyarakat, mahasiswa teknik lingkungan dan  juga pemerintahlah diharapkan dapat menanggulangi atau minimal meminimalisir kerusaknya yang terjadi di bumi ini khususnya Indonesia. Manusia yang merusak , dan manusia pula yang dapat mengembalikan lingkungan kedalam kondisi yang lebih baik. Dengan adanya tiga kelompok masyarakat tersebut, kerusakan lingkungan akan terminimalisir dan akan berujung pada klimaks, dimana lingkungan sudah dalam keadaan seimbang. Tugas yang harus dilakukan tiga kelompok masyarakat tersebut agar lingkungan mencapai klimaks adalah sebagai berikut :
  • Mahasiswa sebagai pelopor untuk menggerakkan masyarakat melakukan perbaikan lingkungan juga sebagai pencipta teknologi yang mendukung keasrian lingkungan.
  • Masyarakat sebagai komponen terbesar yang akan melakukan perbaikan dan pencegahan kerusakan lingkungan.
  • Pemerintah yang membuat peraturan juga menetapkan hukuman bagi siapa saja yang merusak lingkungan.
Dengan adanya kerjasama yang solid antara ketiga komponen maka diharapkan lingkungan akan terselamatkan dan kembali kekeadaan aslinya yang asri, makhluk hidup yang menepatinya pun akan merasa aman dan nyaman. Dengan kerjasama itu pula diharapkan para pelaku kerusakan  sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan tempat  mereka memberlangsungkan keturunannya. Dan tugas terpenting manusia yaitu menjadi khalifah  fil ardh, akan  terpenuhi.

By : Nahawanda Ahsanu A.