Minggu, 01 November 2015

1th Annyversary Environmental Engineering of UINSA

Pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015 Teknik Lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya telah berjalan selama 1 tahun. Kami, sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan pertama sangat berbangga diri karena bisa mencapai status sebagai senior.
 
Selama satu tahun itu, kita bisa saling mengenal. Banyak sekali perbedaan di anatara kami, mulai dari sifat dan watak kami, asal daerah kami dan pengalaman kami. Di tempat ini -Kampus UINSA, kami bisa menjadi lebih dekat satu sama lain. Kami bukan hanyalah teman, tapi bisa dibilang bahwa kami adalah saudara. Saudara seperjuangan yang mati-matian membangun sebuah himpunan. 

Dalam satu tahun ini, kita juga memiliki junior -angkatan kedua. Kami berharap dengan adanya mahasiswa Teknik Lingkungan yang masih dibilang baru ini, semoga himpunan yang telah kami bangun menjadi lebih maju. Semoga dengan bertambahnya mahasiswa Teknik Lingkungan setiap tahun, himpunan Teknik Lingkungan menjadi berkembang bak bunga yang mekar. Semoga HIMALINK (Himpunan Teknik Lingkungan) tidak akan pernah layu, dan semoga himpunan ini selalu jaya di setiap angkatan-angkatan penerus kami. amiin ~~ 

Minggu, 02 Agustus 2015

Satu Energi Satu Nyawa

Dewasa ini, isu global warming terus-menerus menjadi persoalan dunia. Lapisan ozon yang mulai berlubang di daerah Antartika menjadi bukti bahwa alam mulai mengalami kerusakan. Isu tersebut semakin diperparah dengan cuaca di bumi yang tidak menentu seperti pergantian musim yang tidak teratur dan tidak sesuai dengan yang ada dalam Ilmu Geografi.

Kondisi alam yang mulai tidak layak huni, dan keadaan-keadaan lain yang memprihatinkan terus mengancam kehidupan manusia dan mahluk lainnya di bumi. Akhir-akhir ini juga marak kasus tentaang kematian yang terjadi di india, yang disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi hingga mencapaai 40-42 hal ini dialami oleh banyak masyarakat india tunawisma yang hanya berlindung ditempat seadanya. Kasus ini merupakan dampak akibat dari global warming, jika hal ini terjadi secara terus-menerus tanpa ada kesadaran dari penduduk bumi akan pentingnya kelestarian alam, penduduk bumi akan tersingkir. Semakin memburuknya kondisi alam merupakan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan.

Kehidupan harus terus berjalan dan pencegahan untuk meminimalisir kerusakan harus segera dilakukan. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir hal tersebut ada lah dengan save energy, yaitu memanfaatkan energy baik energy  matahari,  energy angin, energy listrik, dsb, dengan sebaik mungkin.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghemat energy yang ada di alam. Hal itu bisa dimulai dari kita sendiri, diantaranya :
  • Menggunakan lampu sesuai kebutuhan,
  • Menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan, seperti menggunakan sepeda ontel, menggunakan kendaraan bermotor yang hemat energi dan sebagainya,
  • Mengurangi penggunaan AC, dan
  • Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang menyebabkan menumpuknya zat rumah kaca di ozon.
Hal-hal di atas dapat dilakukan sendiri, jika kita melakukan satu saja tips di atas maka  secara tidak langsung kita menyelamatkan nyawa anak cucu kita. Pola fikir think globally and act locally perlu diterapkan sehingga setiap orang mampu menanamkan jiwa kearifan lokalnya sebaik mungkin. 

By : Anisatus Sa’idah


Pengolahan Sampah Organik untuk Sampah Rumah Kita


Dalam tulisan saya yang pertama ini saya akan mengulas hal kecil yang coba saya buat untuk mengolah sampah organik yang ada di rumah saya. Ilmu ini saya dapat dari internet, hal ini jauh dari kata sempurna.

Bahan-bahan yang digunakan juga cukup mudah untuk di dapat, bahan-bahan yang kita butuhkan antara lain:
  • Sekam 5 takar pot ukuran standar,
  • Tanah,
  • Dedak 2 takar pot ukuran standar,
  • Gula 250 gr,
  • Pupuk daun,
  • Pupuk kandang 1 takar pot ukuran standar,
  • Air secukupnya.
Langkah yang pertama kita campurkan sekam 5 takar dalam takaran pot standar dengan dedak 2 takar , lalu di aduk sampai tercampur merata. Kemudian tambahkan tanah, pupuk daun, pupuk kandang 1 takaran dan aduk lagi hingga tercampur merata dan tambahkan air yang telah dicampur dengan gula 250gr dituang sedikit demi sedikit hingga kelembaban mencapai 40% dengan keadaan, apabila dikepalkan dengan tangan campuran  tidak pecah dan tidak lagi mengeluarkan air. Jika campuran masih mengeluarkan air, maka naikan kelembaban dengan cara menambahkan sekam padi.

Kemudian masukkan campuran kedalam karung dan ditutup selama 7 hari, hindarkan dari sinar matahari dan air. Pada hari ke-3 campuran akan megalami kenaikan suhu sebesar 70°C dan pada hari ke-6 akan mengalami penurunan suhu sampai mendekati suhu normal. Pengukuran suhu ini dilakukan dengan menggunakan thermometer suhu, jika kalian tidak punya saya dapat meminjaminya TAPI tanggung jawab ya... ^-^

Lalu siapkan bantal sekam (diisi dengan sekma padi) seperti jaring untuk diletakkan di keranjang tempat penggolahan yang diletakkan dibagian bawah. Kemudian masukkan bahan yang sudah kita tunggu selama 7 hari, lalu bagian atasnya kembali ditutup bantal sekam dan diberi lap dan ditutup sesuai wadahnya.

Cara pemakaiannya dengan cara kita gali bagian atas dari keranjang yang sudah berisi tadi, kemudian masukkan kedalamnya dan tutup kembali. Jika dirasa sudah penuh, pupuk dapat kita ambil 1/3 bagian dari bawahnya, kemudian berikan ketanaman. Bagaimana? Mudah kan... selamat mencoba ^_^


“Bumi Tidak Bisa Diajak Untuk Berkompromi, Mari Lakukan Aksi Kecil Untuk Menyelamatkan Bumi Kita, Ingatlah Semua Kerusakan Yang Kalian Perbuat Akan Dipertanggung Jawabkan di Akhirat”

 By : Nanda Panji Fadhlullah





·      


Sabtu, 01 Agustus 2015

TEKNIK LINGKUNGAN PEDULI ROHINGYA

Menyedihkan...

Rohingya adalah penduduk etnik muslim yang berjumlah 1,3 juta, terletak di provinsi Rakhine, Myanmar (Burma) yang tidak diakui kewarganegaraan nya oleh pemerintah Budhis Myanmar, dengan didukung pemerintah militer Burma dan organisasi eksternis nasional budhis, dikomando oleh para biksu ekstern, mereka membumi hanguskan pemukiman rohingya, mengejar, mengusir dan membunuh penduduknya. Ribuan jiwa terbakar dan dibunuh hidup-hidup, 150.000 orang dipaksa kamp isolasi yang tidak terlindungi, 100.000 orang melarikan diri ke laut entah kemana. Disebut-sebut PBB sebagai "the most oppressed people on earth" di usir oleh negaranya, tak dipedulikan oleh Bangladesh negara perbatasan yang serumpun dengan rohingya, lalu hanya sedikit negara muslim yang memperhatikannya serta adanya penggunjingan internasional.

Dan kini setelah berminggu, berbulan dilaut lepas dan mencari pengharapan ke tanah saudara muslim lainnya di Indonesia, nasib mereka sama, diusir kembali oleh pemerintah ke laut lepas untuk kehidupan pilu yang tak bertepi tanpa harapan.

Karena kita bukanlah orang asing bagi mereka, melainkan saudara yang sangat diharapkan uluran tangannya. Kita sebagai saudara yang ditunggu bantuannya tidak bisa melihat dan mendoakannya namun harus ada tindakan yang nyata menyikap kejadian yang menimpa saudara kita. Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa yang memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat". (HR Muslim)

Oleh karena itu, maka sudah kewajiban kita untuk membantu mereka yang kesulitan. Dengan adanya kejadian yang menimpa saudara kita (Rohingya), mahasiswa Teknik Lingkungan UIN Sunan Ampel tidak tinggal diam, dengan semangat dan segenap tenaga serta waktu kami luangkan demi membantu saudara kita yang menjadi korban kejahatan dan penindasan oleh penduduk Myanmar non muslim.

Berbekal kardus seadanya serta semangat ta'awun kami menyebar di seluruh penjuru kampus dan juga membuka stan di blok M tepatnya di depan Masjid Ulul Albab UIN Sunan Ampel. Berharap para donatur datang dengan kemurahan hatinya untuk membantu saudara kita (Rohingya). Dalam momen yang dikoordinatori oleh bagian HUMAS-HIMALINK ini. Kami bekerja sama dengan Lembaga Wadah 
Islamiyah Surabaya yang telah berpengalaman, demi tersalurkannya bantuan dana dan pakaian yang telah dikumpulkan untuk muslim Rohingya yang ada di Aceh.

Penggalangan dana dilakukan selama tiga minggu, berharap dana akan terkumpul banyak. Dan akhirnya bertepatan pada tanggal 3 Juli 2015, dana dan pakaian yang terkumpul berhasil kami serahkan kepada bapak Sudirman selaku pihak Wadah Islamiyah Surabaya yang berkenan hadir dan bertemu kami di UIN Sunan Ampel Surabaya.



“Karena kita adalah saudara yang terbentuk bukan dari persambungan darah  melainkan dari ukhuwah islamiyah yang semata-mata hanya mengharap ridho dari sang Illahi”

By : Diklat HIMALINK

 

Senin, 12 Januari 2015

Kondisi Lingkungan di Bawah Pengaruh Tradisi


Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2014 konsentrasi penduduk di Indonesia masih berpusat di Pulau Jawa. Hal itu disebabkan karena tingginya pertumbuhan ekonomi di pulau tersebut dan tingginya tingkat kelahiran.

Jika kita melihat bangunan yang ada di Pulau Jawa maka yang tampak adalah tumpukan rumah-ruamah dan sempitnya gang-gang. Jarak antara satu rumah ke rumah yang lain sangat dekat, bahkan mayoritas tidak ada jarak antara satu rumah dan rumah yang lainnya. Kondisi seperti ini akan mudah kita temui di wilayah perkoataannya seperti Surabaya, Kabupaten Jombang, dll.

Akibat dari kepadatan penduduk ini banyak lahan-lahan yang awalnya dijadikan lahan pertanian berubah menjadi perumahan. Kekurangan lahan terjadi dimana-diamana dan hal itu juga berimbas pada kondisi lingkungan yang tidak stabil. Tingginya pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa tidak berbanding lurus dengan luas wilayahnya.

Kurangnya lahan di Pulau juga bisa disebabkan karena tradisi dalam  pernikahan. Pulau Jawa memiliki tradisi jika dalam suatu keluarga ada anaknya yang mau menikah maka anak tersebut harus memiliki rumah sendiri dan hidup bersama suaminya. Jika seandainya dalam satu keluarga memiliki 5 orang anak maka otomatis akan ada 5 bangunan baru di Pulau tersebut, masih belum di keluarga yang lain. Jika kita bandingkan dengan pulau yang lain misalnya Pulau Madura maka akan sangat berbeda sekali kondisi lingkungannya. Di Pulau Madura akan kita dapatkan lahan-lahan kosong yang dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, dll. Dan tradisilah yang juga menjadi penyebab pulau tersebut memiliki lahan yang luas.

Di Pulau Madura ikatan kekeluargaannya sangat kuat. Ketika dalam suatu keluarga ada anak yang menikah maka tidak perlu membangun rumah lagi karena si suami biasanya ikut si istri dan hidup bersama dalam satu atap dengan keluarga istrinya sehingga tidak akan ada bangunan baru di pulau tersebut, dan yang terjadi adalah merenofasi bangunan yang lama dengan menambah beberapa kamar. Antara satu kamar dengan kamar yang lain tidak akan mengganggu ketenangan penghuninya karena desainnya sangat diperhatikan betul.

Apa yang terjadi di Pulau Jawa dan Pulau Madura merupakan gambaran bahwa tradisi memiliki peran yang besar terhadap kondisi lingkungan. Jika di suatu daerah ada tradisi menanam pohon bagi pasangan suami istri baru maka kondisi lingkungan di daerah tersebut bisa dipastikan masih sesuai dengan yang diharapkan yaitu lingkungan yang memiliki banyak pohon dan penghijauan terjadi di mana-mana. Yang menjadi tugas kita adalah memelihara tradisi yang berwawasan lingkungan dan mencoba semampu mungkin meminimalisir tradisi yang mengancam kondisi lingkungan. 

By : Anisatus Sa'edah