Bumi, satu kata yang banyak dibicarakan dalam berbagai bidang
keilmuan. Dalam Ilmu Tauhid dibahas bahwa “bumi” beserta isinya merupakan bukti
adanya Allah, dalam Ilmu Tasawwuf akan dibahas bagaimana etika kita
terhadapnya, dalam Ilmu Sains dibahas lebih detail lagi mengenai “bumi” beserta
komponen-komponen penyusunnya, dan dalam al-Qur’an pun begitu banyak membahas
tentang “bumi” mulai proses penciptaannya sampai proses kehancurannya. Bumi,
objek yang tidak akan pernah selesai dibicarakan hanya dengan 1 sudut pandang.
Jika kita memutar memori pada suatu masa
dimana menghafal merupakan suatu solusi untuk mengingat materi yang disampaikan
oleh guru, yaitu masa SD, maka kita akan ingat bagaimanahafalan tentang
macama-macam planet yang terdapat di galaksi bima sakti mulai Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Kita akan
mengingatnya di luar kepala, dan waktu itu juga kita tahu bahwa planet yang
hanya bisa dijadikan sebagai tempat hidup hanya planet bumi, planet yang kita
tempati saat ini. Dengan sabar guru menjelaskan untuk menjaga bumi ini melalui
hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan.
Sepuluh tahun kemudian kita dihadapkan
dengan persoalan dimana bumi yang dulu hijau penuh dengan pohon dan kesejukan
udaranya di pagi hari sudah tidak kita dapatkan lagi, hanya tinggal beberapa
daerah yang masih tetap asri. Berbagai persoalan mulai menimpanya mulai bencana
banjir, gempa bumi, tsunami, hingga kasus mencairnya es di kedua kutub dan
membuat berbagai negara di dunia mulai hawatir memikirkan hal tersebut. Semua yang
terjadi adalah akibat dari tangan manusia, dan hal tersebut sudah dijelaskan
dalam al-Qur’an bagaimana manusia merupakan mahluk yang akan merusak bumi.
Ada bayak gerakan, komunitas,
paguyuban dan organisasi yang mengajak untuk tidak merusak bumi dan berusaha menjadikan
bumi hijau kembali. Lantas apakah semua itu berhasil ?, apakah bisa bumi
diperbaiki lagi dengan kondisnya sekarang yang begitu mengenaskan ?. Apakah
masih ada kesempatan untuk membuatnya kembali seperti dulu, seperti waktu
dimanamanusia sangat menghormati bumi dan isinya dan takut merusaknya ?. Semua
pertanyaan tersebut menjadi beban dan amanah bagi kita untuk terus melakukan
perbaikan.
Perjalanan
bumi masih panjang. Bumi tidak seperti manusia atau mahluk lainnya yang umurnya
hanya puluhan tahun. Bumi dibutuhkan oleh mahluk, berbagai generasi akan
tinggal di bumi. Jangan biarkan bumi mati sedangkan anak cucu kita masih ingin
merasakan hidup di dalamnya, ingin merasakan rindangnya pepohonan dan kesejukan
udaranya. Ingin merasakan dinginnya salju dan panasnya udara tanpa ada beban
pencemar di dalamanya. Bumi tidak akan mati jika kita merawatnya dengan baik,
biarkan anak cucu kita merasakan kenikmatan yang telah diberikan bumi kepada
kita. So, kembalikan bumi pada fithrahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar