Keep being a Minimalist :
Pentingnya Mindset dalam
Gaya Hidup Minimalis
Oleh : Shofia
Rizka Julianti
Just In Case
is the dangerous words in the worlds - Joshua “The
Minimalist”
Beberapa tahun ini, gaya hidup minimalis menjadi trend dikalangan
masyarakat dunia yang merasa jenuh dengan gaya hidup konsumtif. Hal itu didukung
populernya trend Marie Kondo dengan metodenya Konmari. Stereotip yang akan bermunculan
saat mendengar kata minimalis umumnya identik dengan sederhana, serba sedikit,
dan barang-barang yang serba hitam-putih. Memang tidak salah, karena banyak praktisi
minimalism yang melakukan hal itu. Tapi perlu kita ketahui, gaya hidup
minimalis tidak sekedar menyederhanakan barang-barang atau biasa dikenal decluttering,
untuk menerapkan gaya hidup minimalis sangat diperlukan pula mindset yang kuat.
Gaya hidup minimalis menurut The Minimalist diartikan sebagai alat
untuk mengurangi excess agar dapat fokus ke hal-hal yang lebih esensial
agar kita dapat merasakan kebahagiaan dan bebas. Minimalis juga diartikan
dengan memaksimalkan penggunaan barang yang kita beli. Mengontrol apa yang kita
pikirkan, dan apa yang kita rasakan. Hal penting yang harus ditekankan, minimalism bukan tentang angka
dan seberapa sedikit kita memiliki barang. Tapi minimalis adalah soal pemenuhan kebutuhan yang pas dan
esensial. Base on budget dan hidup berkesadaran (mindfulness).
Sadar kemampuan baik secara financial, pun kemampuan dalam mengkonsumsi
sandang, pangan, papan. Dan semua hal yang terpapar adalah peran daripada
mindset kita masing-masing.
Mengapa mindset sangat penting?
Seperti yang kita ketahui pada umumnya pelaku minimalism akan melakukan decluttering
dengan memperingkas barang-barang mereka menjadi seminimal mungkin, entah
dengan membuang barang-barang atau sekedar menata pakaian secara Flooding seperti
konsep Konmari. Namun nyatanya gaya hidup minimalist bukan sekedar tindakan. Kita
juga harus mampu meyakinkan diri, mengontrol pola pikir untuk kemudian tidak
lagi membeli barang yang akan berakhir mubadzir. Jika kita tidak memiliki mindset yang kuat serta kemampuan yang baik
dalam mengontrol diri, maka gaya hidup minimalis yang kita lakukan tidak akan
bertahan lama, kita akan mulai jenuh dengan barang-barang yang hanya itu-itu
saja dan kembali menjadi pribadi yang konsumtif. Apalagi jika sampai salah niat
hanya karena mengikuti trend.
Mindset kuat seorang minimalis akan
membuat mereka terarah untuk memilah mana yang benar-benar
esensial dalam hidup mereka. Jika mampu hidup dengan beberapa barang, kenapa harus repot
keluar banyak uang untuk
membeli barang yang hanya satu-dua kali pemakaian. Ada baiknya uang itu kita gunakan untuk hal lain, semisal pengalaman. Andrew Oswald, seorang
profesor ekonomi dari University of Warwick di Inggris, mengatakan bahwa saat ini orang-orang mengalami kekurangan akan pengalaman,
bukan benda. Pengalaman dapat berupa moment bersedekah membantu
sesama, menimba
ilmu, liburan dan masih banyak lagi. Pengalaman memang tidak berwujud, tapi
manfaat yang diperoleh akan terasa nyata.
Hingga pada akhirnya, mindset yang benar
dalam berminimalis secara perlahan akan menuai banyak manfaat bagi pelakunya. Mereka
akan lebih mudah mengatur pola hidup dan membuat hidup terasa puas dan
berkecukupan dengan yang ada, mendapatkan kebebasan, fokus pada kesehatan,
menemukan tujuan hidup, melakukan passion yang diinginkan, lebih
menikmati waktu yang berkualitas, dan masih banyak manfaat lainnya.
Jadi setelah ini, alasan apa yang membuat kalian untuk tetap berlaku
konsumtif?